Sabtu, 02 Maret 2013

Piano

Piano adalah alat musik yang dimainkan dengan jari-jemari tangan. Pemain piano disebut pianis.
Pada saat awal-awal diciptakan, suara piano tidak sekeras piano abad XX-an, seperti piano yang dibuat oleh Bartolomeo Cristofori (16551731) buatan 1720. Pasalnya, tegangan senar piano kala itu tidak sekuat sekarang. Kini piano itu dipajang di Metropolitan Museum of Art di New York.
Meskipun siapa penemu pertama piano, yang awalnya dijuluki gravecembalo col piano e forte (harpsichord dengan papan tuts lembut dan bersuara keras), masih menjadi perdebatan, banyak orang mengakui, Bartolomeo Cristofori sebagai penciptanya. Piano juga bukan alat musik pertama yang menggunakan papan tuts dan bekerja dengan dipukul. Alat musik berprinsip kerja mirip piano telah ada sejak 1440.
Piano sendiri lahir dari keinginan untuk menggabungkan keindahan nada clavichord dengan kekuatan harpsichord. Hasrat itu mendorong Marius dari Paris (1716), Schroter dari Saxony (1717), dan Christofori (1720) dari Padua, Italia, untuk membuat piano. Namun, hasil utuh dan lengkap cuma ditunjukkan Bartolomeo Christofori. Dari piano ciptaan pemelihara harpsichord dan spinet (harpsichord kecil) di Istana Florentine - kediaman Pangeran Ferdinand de’Medici - inilah piano modern berakar.
Pada pertengahan abad XVII piano dibuat dengan beberapa bentuk. Awalnya, ada yang dibuat mirip desain harpsichord, dengan dawai menjulang. Piano menjadi lebih rendah setelah John Isaac Hawkins memodifikasi letaknya menjadi sejajar lantai. Lalu, dengan munculnya tuntutan instrumen musik lebih ringan, tidak mahal, dan dengan sentuhan lebih ringan, para pembuat piano Jerman menjawabnya dengan piano persegi. Sampai 1860 piano persegi ini mendominasi penggunaan piano di rumah.
Rangka untuk senar piano pertama menggunakan rangka kayu dan hanya dapat menahan tegangan ringan dari senar. Akibatnya, ketika pada abad XIX dibangun gedung-gedung konser berukuran besar, suara piano tadi kurang memadai. Maka, mulailah dibuat piano dengan rangka besi. Sekitar tahun 1800 Joseph Smith dari Inggris membuat suatu piano dengan rangka logam seluruhnya. Piano hasil inovasinya mampu menahan tegangan senar sangat kuat, sehingga suara yang dihasilkan pun lebih keras. Sekitar 1820, banyak pembuat menggunakan potongan logam untuk bagian piano lainnya. Pada 1822, Erard bersaudara mematenkan double escapement action, yang merupakan temuan tersohor dari yang pernah ada berkaitan dengan cara kerja piano.
Dalam perkembangannya, sebelum memiliki 88 tuts seperti sekarang, piano memiliki lima oktaf dan 62 tuts. Ia juga dilengkapi dengan pedal. Semula pedal itu digerakkan dengan lutut. Namun, kemudian pedal kaki yang diperkenalkan di Inggris menjadi populer hingga sekarang.
Sejumlah pengembangan berlanjut pada abad XIX dan XX. Tegangan senar, yang semula ditetapkan 16 ton pada tahun 1862, bertambah menjadi 30 ton pada piano modern. Hasilnya adalah sebuah piano dengan kemampuan menghasilkan nada yang tidak pernah dibayangkan Frederic Chopin, Ludwig van Beethoven, dan bahkan Franz Liszt.

Notasi piano
Sebuah perkembangan nyata di abad XX (berawal di tahun 1930-an) adalah kehadiran piano elektronik (atau piano listrik), yang didasarkan pada teknologi elektroakustik atau metode digital. Nada suaranya terdengar melalui sebuah amplifier dan loudspeaker.
Dari sisi mutu suara, piano elektronik nyaris tak ada bedanya dengan piano biasa. Perbedaan terletak pada berbagai fitur yang melengkapinya. Fitur itu tentu tidak ada sama sekali dalam piano biasa. Misalnya, bisa dihubungkan dengan perangkat MIDI, komputer, alat rekam; memiliki pengatur volume, tusuk kontak untuk pendengar kepala; dan sebagainya.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Piano

Pianis Termuda :)
Gadis 13 tahun bernama Evelyn Zainal Abidin telah berhasil mengharumkan nama Indonesia di Amerika Serikat.
Gadis yang dinobatkan oleh MURI sebagai pianis termuda dengan resital piano tunggal pada tahun 2009, kini tengah berhasil menorehkan karya sebagai orang Indonesia termuda pertama yang berprestasi dalam bidang pianis ini.
Gadis kelahiran 18 Maret 1999 ini baru saja menyabet gelar Juara I American Protege Piano and String Competition 2012 (kategori usia 11-14 tahun) di negeri Paman Sam itu. Karena prestasinya, Evelyn tampil di Winner’s Concert di Carnegie Hall, New York-Amerika Serikat pada 6 Maret 2012 lalu.
Di usianya yang masih muda, Evelyn lebih banyak menghabiskan waktu untuk berlatih piano. Gadis yang kini duduk di kelas 8 Ciputra International  School, Surabaya itu, mulai belajar piano pada usia 4 tahun di Rhapsody Music School. Evelyn pun lebih memilih musik klasik untuk ia dalami.
Pada tahun 2008, Evelyn langganan juara dari berbagai ajang musik internasional. Diantaranya yaitu Juara I ajang Malaysian Youth Music Festival kategori piano grade 7, Juara I kategori biola grade 3, dan meraih medali perak di ajang Singapore Performance.

“Sudah pilihan saya harus menghabiskan waktu bersama piano, padahal awalnya tidak yakin karena saingannya banyak dan berat,tapi berkat dukungan orangtua dan beberapa guru seperti Jaya Suprana, saya bisa lewati kompetisi itu,” ujar Evelyn seperti dilansir VIVAnews, Sabtu (28/04/2012).
Evelyn memulai resital solo pertamanya dengan memainkan piano dan biola di kapal layar Sea Safari Cruise pada 27 April 2009. Evelyn juga berhasil meraih medali emas dalam kategori piano dan medali perak dalam kategori biola, di ajang Singapore Performance tahun 2009. Kemudian pada Juli 2011, Evelyn meraih 7 penghargaan pada 7 kategori yang diikutinya pada ajang Sydney Eisteddfod Piano Competition.
Memang di Indonesia nama Evelyn Zainal Abidin kurang populer. Namun dirinya lebih dikenal dan populer di mancanegara seperti Amerika, Singapura, Belanda, dan Malaysia.

“Musik klasik mungkin penggemarnya sedikit di sini (Indonesia) tapi aku tetap akan memperkenalkan musik klasik kepada masyarakat Indonesia,” ujar Evelyn dengan penuh harapan.
Seperti yang diberitakan oleh Kompas bahwa selama belajar piano dan violin, Evelyn mengikuti masterclass dengan beberapa musisi terkenal antara lain Hans Scheepers (Holland), Albert Tiu (Phillipines), Phanoska (Malaysia), DR Johannes S Nugroho (Indonesia), DR Kue Pin Yao  (Indonesia), Jap Tjie Kin (Indonesia), Rubyanto (Holland), Prof DR Nicholas Ong (Malaysia),  Benjamin Law (Singapore),  Jaya Suprana (Indonesia), Ivon Maria (Indonesia), Lily Homer (USA), hingga Edward Pople (Australia).

sumber :http://sidomi.com/90199/evelyn-zainal-abidin-pianis-termuda-indonesia/

Aku punya info satu lagi ni, salut banget deh sama orang ini, meskipun dia tidak memiliki kedua tangan namun dia mampu bermain piano dengan menggunakan alat yang dia gunakan sehari-hari untuk berjalan..waaawww, langsung liat aja deh yuuk..

     Sudah banyak contoh  musikus dunia yang memiliki kekurangan , seperti Bach yang kemudian menjadi buta , tetapi tetap memiliki kinerja yang baik.  Jose Feliciano masih sanggup memainkan “Bumble Bee” dengan gitarnya. Tetapi bagaimana bisa bermain piano dengan menggunakan kaki.

    Dengan bermodalkan sepasang kaki , Liu Wei muncul sebagai pemenang China’s Got Talent dengan memainkan jemari kakinya diatas tut Piano. Acara final itu diselenggarakan di Shanghai Stadium dan dihadiri 70 ribu audience.
Menurut China Daily , Liu Wei akan diundang untuk berkolaborasi dengan penyanyi asal Taiwan , Jolin Tsai, yang sedang mengadakan Tour Dunia.
Liu kehilangan kedua tangannya saat berusia 10 tahun setelah menyentuh kabel bertegangan tinggi dalam permainan kucing-kucingan. Disaat itu dia sedang bercita-cita menjadi pemain sepakbola. Liu Jing Shen , wakil presiden federasi untuk orang cacat memberikan dukungan terhadap Liu Wei untuk  berenang. Liu Wei meraih dua medali emas dan satu perak untuk pertandingan renang tingkat nasional khusus penyandang cacat.
Di usia 19 tahun , Liu mulai berlatih piano dengan kedua kakinya. Mulai pula memproduksi dan mengkomposisi musik. Liu berlatih tujuh jam setiap hari. Performance Liu dinilai memberikan motivasi dan inspirasi bagi masyarakat dengan sikapnya yang pantang menyerah dan memaknai hidup

There are only two option for the rest of my life,
die as soon as possible or live life loud.”
(Liu Wei , China Daily)
 
sumber : http://blog.budaya-tionghoa.net/figur/2012/09/04/liu-wei-sang-pianis-tanpa-tangan/
 
 
 
 

  semoga tokoh diatas bisa menjadi panutan untuk kita semua yaa, semoga bisa menggerakkan hati kita untuk terus bersyukur sama Tuhan dan jangan mudah putus asa ataupun berkecil hati. Karena kita udah dikasih tubuh yang sempurna, kita harus mensyukuri nikmat Tuhan, pakailah dan jagalah anggota tubuh kalian dan biarkan anggota tubuh kalian bisa menorehkan prestasi dan bisa membanggakan serta berguna bagi orang orang yang ada di sekitar kalian semua :) God Bless You..
 - Some Picture -  

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

0 komentar:

Posting Komentar